Alkitab hari ini

PENYESALAN SEHARI BILA MASAK NASI MENJADI BUBUR, PENYESALAN SEBULAN BILA SALAH POTONG RAMBUT, PENYESALAN SETAHUN BILA TIDAK LULUS, PENYESALAN SEUMUR HIDUP BILA SALAH MEMILIH PASANGAN HIDUP, PENYESALAN SELAMANYA BILA SALAH MEMILIH JURUSELAMAT, MAKA JANGALAH PINDAH KE IMAN YANG LAIN SELAIN TUHAN YESUS,..SEMOGA TUHAN SELALU MEMBIMBING KITA SELALU DAN TETAP PADA JALANNYA...TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA..AMIN

Kamis, 14 Juli 2011

Semangkuk Nasi Putih

Kemurahan Selalu Mendatangkan Kebaikan

Renungan HarianCerita ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi di negri Tiongkok. Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir didepan sebuah rumah makan  cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu direstoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk kedalam restoran tersebut.
Kemudian pemuda itu berkata: “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.”
dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar lalu berkata dengan pelan: “dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya.”
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum:”Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !”
Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir:” kuah sayur gratis.”
Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
” Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”
Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.
“Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa kesekolah sebagai makan siang saya !”
Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.

readmore...

Sikap Rendah Hati

Kerendahan Hati

Filipi 2:8-11 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana kerendahan hati mendahului kehormatan.
Supaya perkenanan dan rencana Tuhan dapat bekerja dalam hidup kita, syarat utamanya kita harus berjalan dalam kerendahan hati. Hal ini merupakan persyaratan bagi kita untuk lulus ujian kerendahan hati. Seperti yang kita lihat di sini, karena Yesus merendahkan diri-Nya, Allah sangat meninggikan Dia. Dan pada saat itu, tidak ada setan di neraka bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Ketika Tuhan mempromosikan Anda, tidak ada orang, tidak ada setan, tidak ada sistem apapun yang dapat menghambat Anda.
Kuasa Tuhan yang mempromosikan itu tidak dapat ditolak. Tidak bisa dipungkiri, dan tak terkalahkan.
Tetapi sikap yang rendah hati harus ada terlebih dahulu. Sering dikatakan bahwa tidak ada seorangpun berdiri lebih tinggi daripada saat dia berlutut di hadapan Allah. Mari kita merendahkan hati dan taat kepada Tuhan dalam setiap area kehidupan
kita. Jika kita merendahkan diri kita di hadapan-Nya, Allah akan mengangkat kita. Pekerjaan Tuhan adalah untuk mempromosikan kita, dan tugas kita adalah untuk memiliki sikap yang rendah hati di hadapan-Nya. Promosi adalah bagian Tuhan dan pekerjaan Tuhan bagi orang-orang percaya.
Sikap yang rendah hati membuka jalan bagi promosi dari Tuhan dalam hidup kita.
readmore...

Piano

Renungan Harian
Kisah ini terjadi di Rusia, Seorang ayah yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi pianis yang terkenal.
Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh. Sang ayah duduk dan putranya tepat berada disampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak itupun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada disampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis terdebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle – twinkle little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba – aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut dan bergegas naik ke panggung. Melihat anak tersebut, sang pianos tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata “Teruslah bermain” dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis lalu duduk di samping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya “Gila gue, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat !”. Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

Apa implikasinya dalam hidup kita?

Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan – perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Tuhan di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia – sia. Tapi bila Tuhan ada disamping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Tuhan di samping kita.
readmore...

Tuhan Mengenal-Mu

Renungan HarianEngkau DikenalNya

Yeremia 1:5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Salah satu kebenaran besar yang dinyatakan dalam Kitab Suci adalah bahwa akhir ditentukan dari awal. Yang saya maksud dengan ini adalah Tuhan melihat akhir dari awalnya. Dia sudah memiliki rencana untuk Anda. Dia telah memikirkan semuanya untuk berhasil.
Mari kita lihat apa yang Allah katakan pada Yeremia dalam Yeremia 1:5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Sebelum Yeremia lahir, Tuhan telah merancang tujuan dan rencana untuk hidupnya, semua dipirkirkan oleh Allah. Kebenaran itu berlaku untuk Anda dan saya, dan kebenaran ini membantu saya untuk dapat beristirahat dengan nyenyak di malam hari.
Sungguh luar biasa bahwa saya tidak harus memikirkan semuanya sendiri, karena Tuhan terlebih dahulu sudah merencanakan hidup saya.  Kadang kita melihat melalui cermin yang suram. Tapi apakah Anda tahu, Allah melihat segalanya dengan sempurna.
Kebenaran yang sama dinyatakan dalam Efesus 1:4, “Sebab di dalam Dia Allah telah  memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
Tahukah Anda, bahwa Anda telah dipilih sebelum Tuhan meletakkan dasar bagi dunia ini? Allah sudah mengenal Anda sebelum Anda pernah ada. Dia tahu Anda sebelum dunia ini ada. Anda dipilih dalam Dia. Anda bukan kecelakaan. Allah mengenal Anda.
Sekali lagi, kebenaran ini ditegaskan dalam Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Dia sudah memikirkan Anda terlebih dahulu sebelum dunia dijadikan. Sama seperti Allah mengenal Anda, jauh sebelum Anda ada di dunia, Dia sudah  menyiapkan pekerjaan baik secara khusus untuk Anda jalani dalam hidup Anda. Dia telah merencanakan  kehidupan Anda. Mengetahui kebenaran ini adalah sebuah sukacita yang besar!
Ingat, Sebelum dunia dijadikan,Anda sudah dipilih oleh Tuhan dan Dia sudah mempunyai
rencana untuk hidup Anda, suatu kebenaran yang luar biasa. God Bless You
readmore...

Secangkir Kopi Kehidupan

Kualitas Kehidupan

Renungan Harian
Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah  mereka dulu. Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. Guru tersebut menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi.

Setelah masing-masing alumni sudah mengisi cangkirnya dengan kopi, guru berkata, “Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yang murah dan tidak menarik. Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu.
Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.
“Hidup kita seperti kopi dalam analogi tersebut di atas, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki.
Pesan moralnya, jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi itulah yang terpenting.Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus dan pekerjaan yang mapan merupakan jaminan kebahagian. Itu konsep yang sangat keliru. Kualitas hidup kita ditentukan oleh “Apa yang ada di dalam” bukan “Apa yang kelihatan dari luar”.
Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan kebahagian di dalam kehidupan kita? Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal.
“Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.”
“Selamat menikmati secangkir kopi…kehidupan”
readmore...

Minggu, 03 April 2011

BATU BESAR

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, “Okay, sekarang waktunya untuk quiz.” Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada kelas, “Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?” Semua mahasiswa serentak berkata, “Ya!” Dosen bertanya kembali,”Sungguhkah demikian?” Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil- kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, “Nah,apakah sekarang ember ini sudah penuh?”
Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, “Mungkin tidak.” “Bagus sekali,” sahut dosen.

Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, “Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?” “Belum!” sahut seluruh kelas. Sekali lagi ia berkata, “Bagus. Bagus sekali.” Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, “Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?”

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata,”Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya.”

“Oh, bukan,” sahut dosen, “Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan “batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.”

Apa yang dimaksud dengan “batu besar” dalam hidup anda? Anak-anak anda; Pasangan anda; Pendidikan anda; Hal-hal yang penting dalam hidup anda; Mengajarkan sesuatu pada orang lain; Melakukan pekerjaan yang kau cintai; Waktu untuk diri sendiri; Kesehatan anda; Teman anda; atau semua yang berharga.

Ingatlah untuk selalu memasukkan “Batu Besar” pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting. Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri: “Apakah “Batu Besar” dalam hidup saya?” Lalu kerjakan itu pertama kali.”
readmore...

KISAH SI PENEBANG POHON

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.

“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.

Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

Istirahat bukan berarti berhenti ,
Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru !
readmore...

Tidak Ada Jalan Yang Rata Untuk Sukses

Di pagi hari buta, terlihat seorang pemuda dengan bungkusan kain berisi bekal di punggungnya tengah berjalan dengan tujuan mendaki ke puncak gunung yang terkenal. Konon kabarnya, di puncak gunung itu terdapat pemandangan indah layaknya berada di surga. Sesampai di lereng gunung, terlihat sebuah rumah kecil yang  dihuni oleh seorang kakek tua. Setelah menyapa pemilik rumah, pemuda mengutarakan maksudnya “Kek, saya ingin mendaki gunung ini. Tolong kek, tunjukkan jalan yang paling mudah untuk mencapai ke puncak gunung”.
readmore...

Daftar Kekurangan

Daftar Kekurangan

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
readmore...

Hadiah Natal Terindah

Nasib Egar tidak sebaik hatinya. Dengan pendidikannya yg rendah, pria berumur sekitar 30 tahun itu hanya seorang pekerja bangunan yg miskin. Dan bagi seseorang yg hanya berjuang hidup untuk melewati hari demi hari, Natal tidak banyak berbeda dengan hari2 lainnya, karenanya apa yg terjadi pada suatu malam natal itu tidak banyak yg diingatnya. Malam itu di seluruh negeri berlangsung kemeriahan suasana natal. Setiap orang mempersiapkan diri menghadapi makan malam yg berlimpah. Tapi di kantong Egar hanya terdapat $10, jumlah yg pas-pasan untuk makan malamnya dan tiket bis ke Baldwin, dimana dia mungkin mendapatkan pekerjaan untuk ongkos hidupnya selama beberapa berikutnya.
Maka menjelang malam, ketika lonceng & lagu2 natal terdengar dimana2, dan senyum dan salam natal diucapkan tiap menit, Egar menaikkan kerah bajunya dan menunggu kedatangan bis pukul 20:00 yg akan membawanya ke Baldwin.

Salju turun deras. Suhu jatuh pada tingkat yg menyakitkan dan perut Egar mulai berbunyi karena lapar. Ia melihat jam di stasiun, dan memutuskan untuk membeli hamburger dan kentang goreng ukuran ekstra, karena ia butuh banyak energi untuk memindahkan salju sepanjang malam nanti.

‘Lagipula,’ pikirnya, ’sekarang adalah malam natal, setiap orang, bahkan orang seperti saya sekalipun, harus makan sedikit lebih special dari biasanya.’

Di tengah jalan ia melewati sebuah bangunan raksasa, dimana sebuah pesta mewah sedang berlangsung. Ia mengintip ke dalam jendela. Ternyata itu adalah pesta kanak2. Ratusan murid taman kanak2 dengan baju berwarna-warni bermain-main dengan begitu riang. Orangtua mereka saling mengobrol satu sama lain, tertawa keras dan saling olok. Sebuah pohon terang raksasa terletak di tengah2 ruangan, kerlap-kerlip lampunya memancar keluar jendela dan mencapai puluhan mobil2 mewah di pekarangan. Di bawah pohon terang terletak ratusan hadiah2 natal dalam bungkus berwarna-warni. Di atas beberapa meja raksasa tersusun puluhan piring2 yg berisi bermacam-macam makanan dan minuman, menyebabkan perut Egar berbunyi semakin keras.

Dan ia mendengar bunyi perut kosong di sebelahnya. Ia menoleh, dan melihat seorang gadis kecil, berjaket tipis, dan melihat ke dalam ruangan dengan penuh perhatian. Umurnya sekitar 10 tahun. Ia tampak kotor & tangannya gemetar.

‘Minta ampun nona kecil,’ Egar bertanya dengan pandangan tidak percaya,’udara begitu dingin. Dimana orangtuamu?’

Gadis itu tidak bicara apa2. Ia hanya melirik Egar sesaat, kemudian memperhatikan kembali anak2 kecil di dalam ruangan, yang kini bertepuk tangan dengan riuh karena Sinterklas masuk ke dalam ruangan.

‘Sayang kau tidak bisa di dalam sana’ Egar menarik napas. Ia merasa begitu kasihan pada gadis itu.

Keduanya kembali memperhatikan pesta dengan diam2. Sinterklas sekarang membagi-bagikan hadiah pada anak2, dan mereka meloncat ke sana-sini, memamerkan hadiah2 kepada orangtua mereka yg terus tertawa.

Mata gadis itu bersinar. Jelas ia membayangkan memegang salah satu hadiah itu, dan imajinasi itu cukup menimbulkan secercah sinar di matanya. Pada saat yg bersamaan Egar bisa mendengar bunyi perutnya lagi.

Egar tidak bisa lagi menahan hatinya. Ia memegang tangan gadis itu & berkata ‘Mari, akan saya belikan sebuah hadiah untukmu.’

‘Sungguh ?’ gadis itu bertanya dengan nada tidak percaya.

‘Ya. Tapi kita akan mengisi perut dulu.’

Ia membawa gadis itu diatas bahunya dan berjalan ke sebuah depot kecil. Tanpa berpikir tentang tiket bisnya ia membeli 2 buah roti sandwich, 2 bungkus kentang goreng dan 2 gelas susu coklat. Sambil makan ia mencari tahu tentang gadis itu.

Namanya Ellis dan ia baru kembali dari sebuah toko minuman dimana ibunya bekerja paruh waktu sebagai kasir. Dia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah anak yatim St. Carolus, sebuah sekolah kecil yg dibiayai pemerintah untuk anak2 miskin. Ibunya baru memberinya sepotong roti tawar untuk makan malamnya. Egar menyuruh gadis itu untuk menyimpan rotinya untuk besok.

Sementara mereka bercakap2, Egar terus berpikir tentang hadiah apa yg bisa didapatnya untuk Ellis. Ia kini hanya punya sekitar $5 dikantongnya. Ia mengenal sopir bis, dan ia yakin sopir itu akan setuju bila ia membayar bisnya kali berikutnya. Tapi tidak banyak toko2 yg buka disaat ini, dan yg bukapun umumnya menaikkan harga2 mereka. Ia amat ragu2 apakah ia bisa membeli sesuatu seharga $5.

Apapun yg terjadi, katanya pada dirinya sendiri, saya akan memberi gadis ini hadiah, walaupun itu kalung saya sendiri.

Kalung yg melingkari lehernya adalah milik terakhirnya yg paling berharga. Kalung itu adalah 24 karat murni, sepanjang kurang lebih 30 cm, seharga ratusan dollar. Ibunya memberinya kalung itu beberapa saat sebelum kematiannya.

Mereka mengunjungi beberapa toko tapi tak satupun yg punya sesuatu seharga $5. Tepat ketika mereka mulai putus asa, mereka melihat sebuah toko kecil yg agak gelap di ujung jalan, dengan tanda ‘BUKA’ di atas pintu.

Bergegas mereka masuk ke dalam. Pemilik toko tersenyum melihat kedatangan mereka, dan dengan ramah mempersilakan mereka melihat2, tanpa peduli akan baju2 mereka yg lusuh.

Mereka mulai melihat barang2 di balik kaca & mencari2 sesuatu yg mereka sendiri belum tahu. Mata Ellis bersinar melihat deretan boneka beruang, deretan kotak pensil, dan semua barang2 kecil yg tidak pernah dimilikinya.

Dan di rak paling ujung, hampir tertutup oleh buku cerita, mereka melihat seuntai kalung. Kening Egar berkerut.

Apakah itu kebetulan, atau natal selalu menghadirkan keajaiban, kalung bersinar itu tampak begitu persis sama dengan kalung Egar.

Dengan suara takut2 Egar meminta melihat kalung itu. Pemilik toko, seorang pria tua dengan cahaya terang di matanya dan jenggot yg lebih memutih, mengeluarkan kalung itu dengan tersenyum.

Tangan Egar gemetar ketika ia melepaskan kalungnya sendiri untuk dibandingkan pada kalung itu.

‘YESUS KRISTUS,’ Egar mengguman,’begitu sama dan serupa.’

Kedua kalung itu sama panjangnya, sama mode rantainya, dan sama bentuk salib yg tertera diatas bandulnya. Bahkan beratnyapun hampir sama. Hanya kalung kedua itu jelas kalung imitasi. Dibalik bandulnya tercetak: ‘Imitasi : Tembaga’.

‘Samakah mereka?’ Ellis bertanya dengan nada kekanak2an. Baginya kalung itu begitu indah sehingga ia tidak berani menyentuhnya. Sesungguhnya itu akan menjadi hadiah natal yg paling sempurna, kalau saja……kalau saja…….

“Berapa harganya, Pak ?” tanya Egar dengan suara serak karena lidahnya kering.

“Sepuluh dollar.” kata pemilik toko.

Hilang sudah harapan mereka. Perlahan ia mengembalikan kalung itu. Pemilik toko melihat kedua orang itu berganti2, dan ia melihat Ellis yg tidak pernah melepaskan matanya dari kalung itu. Senyumnya timbul, dan ia bertanya lembut “Berapa yg anda punya, Pak ?”

Egar menggelengkan kepalanya “Bahkan tidak sampai $5.”

Senyum pemilik toko semakin mengembang “Kalung itu milik kalian dengan harga $4.”

Egar maupun Ellis memandang orang tua itu dengan pandangan tidak percaya.

“Bukankah sekarang hari Natal ?” Orang tua itu tersenyum lagi, “Bahkan bila kalian berkenan, saya bisa mencetak pesan apapun dibalik bandul itu. Banyak pembeli saya yg ingin begitu. Tentu saja untuk kalian juga gratis.”

“Benar2 semangat natal.” Pikir Egar dalam hati.

Selama 5 menit orang tua itu mencetak pesan berikut dibalik bandul : “Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas”

Ketika semuanya beres, Egar merasa bahwa ia memegang hadiah natal yg paling sempurna seumur hidupnya.

Dengan tersenyum Egar menyerahkan $4 pada orang tua itu dan mengalungkan kalung itu ke leher Ellis. Ellis hampir menangis karena bahagia.

“Terima kasih. Tuhan memberkati anda, Pak. Selamat Natal.” kata Egar kepada orang tua itu.

“Selamat natal teman2ku.” Jawab pemilik toko, senantiasa tersenyum.

Mereka berdua keluar dari toko dengan bahagia. Salju turun lebih deras tapi mereka merasakan kehangatan didalam tubuh. Bintang2 mulai muncul di langit, dan sinar2 mereka membuat salju di jalan raya kebiru2an. Egar memondong gadis itu di atas bahunya dan meloncat dari satu langkah ke langkah yg lain.

Ia belum pernah merasa begitu puas dalam hidupnya. Melihat tawa riang gadis itu, ia merasa telah mendapat hadiah natal yg paling memuaskan untuk dirinya sendiri. Ellis, dengan perut kenyang dan hadiah yg berharga di lehernya, merasakan kegembiraan natal yg pertama dalam hidupnya.

Mereka bermain dan tertawa selama setengah jam, sebelum Egar melihat jam di atas gereja dan memutuskan bahwa ia harus pergi ke stasiun bis. Karena itu ia membawa gadis itu ketempat dimana ia menemukannya.

“Sekarang pulanglah, Ellis. Hati2 dijalan. Tuhan memberkatimu selalu.”

“Kemana anda pergi, Pak ?” tanya Ellis pada orang asing yg baik hati itu.

“Saya harus pergi bekerja. Ingat sedapat mungkin bersekolahlah yg rajin. Selamat natal, sayang.”

Ia mencium kening gadis itu, dan berdiri. Ellis mengucapkan terima kasih dengan suaranya yg kecil, tersenyum dan berlari2 kecil ke asramanya.

Kebahagiaan yg amat sangat membuat gadis kecil itu lupa menanyakan nama teman barunya.

Egar merasa begitu hangat didalam hatinya. Ia tertawa puas, dan berjalan menuju ke stasiun bis.

Pengemudi bis mengenalnya, dan sebelum Egar punya kesempatan untuk bicara apapun, ia menunjuk salah satu bangku yg masih kosong.

“Duduk di kursi kesukaanmu, saudaraku, dan jangan cemaskan apapun. Sekarang malam natal.”

Egar mengucapkan terima kasih, dan setelah saling menukar salam natal ia duduk di kursi kesukaannya.

Bis bergerak, dan Egar membelai kalung yg ada di dalam kantongnya. Ia tidak pernah mengenakan kalung itu di lehernya, tapi ia punya kebiasaan untuk mengelus kalung itu setiap saat.

Dan kini ia merasakan perbedaan dalam rabaannya. Keningnya berkerut ketika ia mengeluarkan kalung itu dari kantongnya, dan membaca sebuah kalimat yg baru diukir dibalik bandulnya : “Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas”

Saat itu ia baru sadar bahwa ia telah keliru memberikan hadiah untuk Ellis……

***

Selama 12 tahun berikutnya hidup memperlakukan Egar dengan amat keras. Dalam usahanya mencari pekerjaan yg lebih baik, ia harus terus menerus berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Akhirnya ia bekerja sebagai pekerja bangunan di Marengo, sekitar 1000 km dari kampung halamannya.

Dan ia masih belum bisa menemukan pekerjaan yg cukup baik untuk makan lebih dari sekedar makanan kecil atau kentang goreng.

Karena bekerja terlalu keras di bawah matahari & hujan salju, kesehatannya menurun drastis. Bahkan sebelum umurnya mencapai 45 tahun, ia sudah tampak begitu tua dan kurus. Suatu hari menjelang natal, Egar digotong ke rumah sakit karena pingsan kecapaian.

Hidup tampaknya akan berakhir untuk Egar. Tanpa uang sepeserpun di kantong dan sanak famili yg menjenguk, ia kini terbaring di kamar paling suram di rumah sakit milik pemerintah.

Malam natal itu, ketika setiap orang di dunia menyanyikan lagu2 natal, denyut nadi Egar melemah, dan ia jatuh ke dalam alam tak sadar.

Direktur rumah sakit itu, yg menyempatkan diri menyalami pasien2nya, sedang bersiap2 untuk kembali ke pesta keluarganya ketika ia melihat pintu gudang terbuka sedikit.

Ia memeriksa buku di tangannya & mengerutkan keningnya. Ruang itu seharusnya kosong. Dia mengetuk pintu, tidak ada jawaban. Dia membuka pintu itu dan menyalakan lampu. Hal pertama yg dilihatnya adalah seorang tua kurus yg tergeletak diatas ranjang, disebelah sapu2 & kain lap. Tapi perhatiannya tersedot pada sesuatu yg bersinar suram di dadanya, yg memantulkan sinar lampu yg menerobos masuk lewat pintu yg terbuka.

Dia mendekat dan mulai melihat benda yg bersinar itu, yaitu bandul kalung yg sudah kehitam2an karena kualitas logam yg tidak baik. Tapi sesuatu pada kalung itu membuat hatinya berdebar. Dengan hati2 ia memeriksa bandul itu dan membaca kalimat yg tercetak dibaliknya.

“Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas”

Air mata turun di pipi Ellis. Inilah orang yg paling diharapkan untuk bertemu seumur hidupnya. Inilah orang yg membuat masa kanak2nya begitu tak terlupakan hanya dengan 1 malam saja, dan inilah orang yg membuatnya percaya bahwa sesungguhnya Sinterklas memang ada di dunia ini.

Dia memeriksa denyut nadi Egar dan mengangguk. Tangannya yg terlatih memberitahu harapan masih ada. Ia memanggil kamar darurat, dan bergerak cepat ke kantornya. Malam natal yg sunyi itu dipecahkan dengan kesibukan mendadak dan bunyi detak langkah2 kaki puluhan perawat & dokter jaga.

“Jangan kuatir, Pak…. Siapapun nama anda. Ellis disini sekarang, dan Ellis akan mengurus Sinterklasnya yg tersayang.”

Dia menyentuh kalung di lehernya. Rantai emas itu bersinar begitu terang sehingga seisi ruangan terasa hangat walaupun salju mulai menderas diluar.

Ia merasa begitu kuat, perasaan yg didapatnya tiap ia menyentuh kalung itu. Malam ini dia tidak harus bertanya2 lagi karena ia baru saja menemukan orang yg memberinya hadiah natal yg paling sempurna sepanjang segala jaman………

-----------------------------------------------------------------------------------------
Matius 10
-------------
(33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

(34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

(35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

.......oOo.......
readmore...

Kisah Tiga Pohon

Kisah Tiga Pohon,

Suatu kali peristiwa ada tiga pohon di atas sebuah bukit dalam sebuah hutan. Mereka sedang berbincang-bincang tentang harapan-harapan dan mimpi-mimpi mereka.
Pohon yang pertama berkata, Suatu hari nanti aku berharap bisa menjadi sebuah kotak tempat penyimpanan harta. Aku bisa dihiasi dengan ukiran-ukiran yang rumit, setiap orang akan melihat kecantikanku. Kemudian pohon yang kedua berkata, Suatu hari nanti aku akan menjadi sebuah kapal yang besar.Aku akan membawa para raja dan ratu mengarungi lautan sampai ke ujung-ujung bumi. Setiap orang akan merasa aman dalamku karena kekuatan dari tubuhku. Akhirnya pohon yang ketiga berkata, Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi terkuat di hutan ini. orang akan memandangku dari atas puncak bukit dapat melihat carang-carangku. Kalau orang berpikir ttg surga Allah betapa dekatnya jangkauanku ke sana.Aku akan menjadi pohon yang terbesar di sepanjang waktu orang akan mengingat aku senantiasa.

readmore...